Universitas berbasis pesantren mempunyai peran ganda, selain mempunyai tugas dan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi, juga mempunyai peran dan fungsi pesantren sebagai lembaga dakwah bahkan lembaga sosial/pemberdayaan masyarakat. Seperti halnya kampus yang berdiri kokoh di Jalan Semeru No. 09 Kencong, Jember, Jawa Timur ini.
Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (INAIFAS) merupakan sebuah lembaga perguruan tinggi swasta yang berdiri dibawah naungan Yayasan Pendidikan Agama Islam (YPAI) Al-Falah Assunniyyah Kencong, Jember.
Senada dengan tagline ‘Kampus Merdeka’, salah satu program unggulan yang dimiliki kampus Inaifas adalah Da’i Mahasiswa. Dalam program tersebut mahasiswa atau santri yang telah dan atau sedang menempuh kuliah serta memiliki kematangan dan kedalaman ilmu yang cukup baik, memiliki jiwa pendidik sekaligus dakwah, dikirimkan ke berbagai pulau terpencil di Indonesia untuk menjalankan misi dakwah.
Progam tersebut hadir sebagai jawaban atas apa yang kemudian diinginkan ataupun dicita-citakan oleh KH. Achmad Sadid Jauhari sebagai ketua yayasan sekaligus pengasuh pondok pesantren Assunniyyah untuk mempersiapkan dan mencetak mahasiswa Da’i dalam rangka menjalankan misi dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Hal tersebut disampaikan oleh rektor Inaifas, Rijal Mumazziq Zionis, M.H.I dalam acara Podcast Spesial #Syawalan yang digelar oleh Dunia Santri Community didampingi host Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd., selaku Founder di channel Youtube TV9 Official pada Rabu (04/05/2022).
“Mahasiswa Inaifas dan santri Assunniyyah yang didelegasikan ke berbagai kawasan diantaranya di Pulau Sebatik, Kaltara; Kepulauan Anambas, Kepri; Sarolangun, Jambi; Sorong, Papua Barat; Batulicin, Kalsel; hingga Pulau Rhun, Maluku Tengah,” paparnya.
Menurut dia, program dai mahasiswa tersebut sudah mulai direalisasikan pada tahun 2014 sejak kepemimpinan rektor Inaifas pada zaman Nafiur Rofiq, M.Pd hingga dilanjutkan Drs. Khumaidi, M.Hum dengan dukungan Assunniyyah dan Kemenag RI untuk mendirikan pesantren Bina Bangsa di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara dan pesantren Assunniyyah 2 di Pulau Anambas, Riau.
“Durasi penugasan program dai mahasiswa tersebut adalah selama satu tahun, karena ada proses rolling, ditambah 1-3 bulan untuk membersamai dai selanjutnya,” terang Direktur Imtiyaz Surabaya ini.
Lebih lanjut, Rijal mengatakan program tersebut tidak semata-mata dijalankan sendiri, tentunya berkolaborasi dengan berbagai pihak yang mendukung dan telah bekerjasama dengan Inaifas serta Assunniyyah.
“Maka dari itu, kami mengajak kepada lembaga negeri, swasta maupun perorangan untuk turut bekerjasama dan saling berkolaborasi untuk mendukung program semacam ini,” tandasnya.
Sebab, dirinya teringat pesan yang disampaikan KH. Achmad Sadid Jauhari bahwa program dai mahasiswa di kawasan nusantara ini merupakan capaian program dalam mengemban misi dakwah yang dilakukan oleh Walisongo.
“Oleh sebab itu, mahasiswa sebagai agent of change mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar, semangat membara dan keberanian ini perlu diarahkan ke arah yang tepat,” pungkasnya.