Kencong, Jember -Universitas Al-Falah Assunniyah (UAS) Kencong Jember kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat jejaring akademik internasional. Pada Senin (19/5), UAS menyambut kehadiran Dr. Alawi bin Hamid Ibn Syihab, dosen dari Al-Ahgaff University, Hadramaut, Yaman, yang memberikan kuliah umum bertema “Peran Agama Islam dalam Krisis Kemanusiaan Global.”
Acara ini berlangsung di Gedung Kampus 2 UAS dan dihadiri oleh civitas akademika UAS, termasuk Wakil Rektor IV Ahmad Zuhairuz Zaman, B.Sc., M.H., Mudir Ma’had Aly Assunniyyah, Ketua Prodi Hukum Keluarga Beni Ashari, M.H., dan Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Arab Nur Kholis, M.Pd.
Dr. Alawi merupakan pengajar tetap di Fakultas Syariah dan Hukum, Al-Ahgaff University. Kehadirannya di UAS merupakan bagian dari kerja sama internasional yang telah terjalin sejak 2017 dan diperpanjang pada tahun 2023 melalui penandatanganan MoU antara kedua institusi.
Dalam penyampaiannya, Dr. Alawi menyoroti bagaimana agama kerap dijadikan alat legitimasi kekuasaan, baik di dunia Islam maupun Barat. Ia mengkritisi penyelewengan peran agama yang menyebabkan krisis kemanusiaan, seperti konflik bersenjata, penjajahan, serta kekerasan ekstrem yang dibungkus dengan simbol-simbol agama.
“Futuhat dan penaklukan yang dilakukan oleh sebagian dinasti di masa lalu lebih sering bertujuan memperluas hegemoni politik, bukan murni untuk menyebarkan nilai agama,” ungkapnya.
Ia menambahkan, contoh ideal penyebaran Islam justru dapat ditemukan dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung damai dan berbasis pada nilai dakwah.
Lebih lanjut, Dr. Alawi menegaskan bahwa jika umat Islam melupakan nilai-nilai esensial ajaran Islam, maka krisis kemanusiaan tidak hanya terjadi pada skala global, tetapi juga dalam ruang lingkup kecil seperti rumah tangga.
“Ketika agama ditanggalkan dari kehidupan sehari-hari, maka muncullah berbagai masalah sosial—perceraian, kecanduan, kekerasan—yang merusak hubungan antarmanusia,” jelasnya.
Ia juga mengangkat tragedi kemanusiaan di Palestina sebagai contoh nyata hilangnya empati dunia terhadap nilai kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa semua agama pada dasarnya menolak kekerasan dan mendorong perdamaian.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu mahasiswi menanyakan cara menumbuhkan cinta kepada Rasulullah SAW. Dr. Alawi menjawab bahwa memahami sejarah Nabi secara ilmiah dan mendalam adalah kunci menumbuhkan kecintaan tersebut.
“Pelajari sirah Nabawiyah secara objektif dan komprehensif, termasuk tema-tema penting seperti ghozawat (perang-perang Nabi), agar kita tidak salah memahami makna jihad dan dakwah dalam Islam,” tuturnya.
Sebagai penutup, Dr. Alawi memberikan ijazah sanad keilmuan kepada para peserta, sebuah tradisi akademik klasik yang diwariskan para ulama di Timur Tengah. Ia menyambungkan sanad tersebut melalui para guru beliau, di antaranya Habib Salim Al-Syathiri, Habib Masyhur bin Hafidz, Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki, Dr. Nuruddin ’Itr, dan Syaikh Dr. Mahmud Said Mamduh.
Kuliah umum ini tidak hanya memperluas wawasan mahasiswa, tetapi juga menjadi wujud nyata komitmen UAS dalam menghadirkan pendidikan bertaraf internasional dan membekali mahasiswa dengan perspektif global berbasis nilai-nilai keislaman.