Salah satu tri dharma perguruan tinggi adalah melakukan pengabdian kepada masyarakat. Selain mahasiswa, dosen juga memiliki kewajiban mengemban tugas dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi tersebut.
Hal itu tampak dilakukan oleh Dosen Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Inaifas) Kencong, Jember Fadlillah, M.Pd.I dan Dr. Asnawan, M.S.I kepada komunitas anak jalanan dan pedangan asongan di Terminal Tawang Alun Jember, Ahad (25/12/2022).
“Kegiatan ini adalah tugas pengabdian yang menjadi kewajiban setiap dosen di perguruan tinggi khususnya di kampus Inaifas,” ujar Fadlillah di sela-sela acara.
Dirinya menjelaskan, maksud kegiatan tersebut sebagai bentuk rasa simpati kepada masyarakat khususnya para anak jalanan dan pedagang asongan di sekitaran Terminal.
“Ya, walupun hanya memberikan wawasan dan motivasi. Alhamdulillah mereka sangat antusias dan dapat menambah spirit mereka dalam melakukan aktivitasnya,” tuturnya.
Menurut Kusnadi, salah satu pedagang asongan menyebut dirinya mulai bekerja sebagai asongan di Terminal Tawang Alun sudah 20 tahun lebih dan pendidikan terakhir hanya Sekolah Dasar (SD) itupun tidak lulus.
Ia juga menceritakan problem saat ini yang hampir di hadapi oleh pedagang asongan dan pengamen yaitu sepinya pembeli dan penumpang bus.
“Sampai saat ini belum ada pendampingan yang maksimal dari pemerintah setempat khusus komunitas anak jalanan, pengqmen dan pedagang asongan yang berada di Terminal Tawang Alun Jember ini,” ungkapnya.
Kusnadi mengaku kegiatan obrolan seperti ini sangat penting untuk memotivasi mereka sehingga menambah semangat mencari nafkah.
“Yang saya lihat belum ada dari dosen atau guru yang terjun langsung ke Terminal menghampiri dan memotivasi kami untuk terus semangat dalam mencari nafkah melalui jalan yang kami pilih ini,” tuturnya.
Hal serupa juga dialami Zubairi dan Asmad. Mereka menjadi makelar Bus penumpang pada Sinar Harapan dan Bus Akas.
Meskipun sudah berumur sekitar 60 tahun, mereka masih semangat dalam melakukan pekerjaan tersebut. Disebutkan, penghasilan mereka per hari bersih antara Rp 30.000-50.000.
“Itupun kalau ramai penumpang kalau sepi ya hanya dapat sedikit pak. Untuk modal kami sendiri. Sepinya pendapatan biasa dikarenakan dampak covid-19 yang mengakibatkan sepinya para penumpang di Terminal Tawangalun Jember,” terangnya.
Sementara Wakil Rektor I Inaifas (Bidang Akademik) mengungkapkan, kegiatan di awali dengan focus group discussion (FGD) mengenai kewirausahaan (entrepreneurship). Target sasaran menitikberatkan pada anak jalanan dan pedagang asongan di Terminal Tawang Alun Jember.
“Mereka rata-rata putus sekolah, tidak melanjutkan pendidikan, berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga membutuhkan pendidikan dan keterampilan untuk berwirausaha,” kata Asnawan.
Pria kelahiran Sumenep ini menambahkan, mereka akan memiliki kesadaran untuk mewujudkan kehidupan yang layak, bersih, dan sehat. Mereka juga akan memiliki semangat berwirausaha (entrepreneurship) dan life skill yang dapat mengangkat kehidupan ekonomi mereka.
Dirinya berharap, mereka dapat kembali menikmati akses pendidikan yang layak melalui proses pendampingan luar sekolah yang akan dijalankan agar menumbuhkan sikap kemandirian berusaha atau sikap mental kewirausahaan (entrepreneurship).
Oleh karena itu, ke depan akan tumbuh usaha-usaha produktif berbasis sosial budaya yang dijalankan oleh komunitas anak jalanan dan hasil produksinya dapat dipasarkan.
“Tumbuhnya pola hidup hemat, ada perencanaan manajemen keuangan untuk masa depan mereka, terutama untuk menikmati pendidikan yang layak dan mencerdaskan,” tandasnya.