Mas Dodik, Hibah Laptop dan Ngaji Kitab bagi Para Pekerja Kantoran

Bagikan sekarang

Oleh: Rijal Mumazziq Z

Selasa (17/05) siang, saya berjumpa dengan Mas Dodik Ariyanto, Kepala PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) Regional Indonesia Timur. Mas Dodik menghadiahkan dua laptop dan dua router wifi untuk penguatan kinerja dan pengembangan literasi digital di kalangan santri, di kampus INAIFAS Kencong Jember.

Saya ucapkan terima kasih banyak atas kepedulian Mas Dodik, selaku Pimpinan PT Axiata Regional Indonesia Timur, khususnya dalam membantu kalangan santri, melalui Program Desa Digital Nusantara, khususnya Sub-Program “Dukungan XL Axiata Untuk Pondok Pesantren Menyongsong Era Digital”.

Mas Dodik, demikian saya menyapanya, pernah satu tim dengan saya saat masih di Lembaga Ta’lif Wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur, beberapa tahun silam.

Orangnya enak diajak ngobrol. Pembicara yang baik dan pendengar yang responsif. Dan pada siang tadi, banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapat dalam perbincangan selama dua jam di kantor PT XL Axiata, di Jl. Pemuda Surabaya.

Sebagai orang nomor satu di penyedia layanan seluler populer yang membidangi wilayah Indonesia Timur (Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi, Maluku dan Papua), Mas Dodik membawa nuansa pesantren di perusahaannya.

Dia menguasai ilmu manajemen, tentu saja. Namun, yang lebih penting, Mas Dodik juga menguasai kitab kuning. Jadilah dia ngaji kitab saban malam Jumat secara daring. Pesertanya anak buahnya di perusahaan. Yang dikaji kitab Lubābul Hadīts karya Imam Jalāluddin As-Suyūthi. Metodenya pakai cara baca utawi iki iku ala pondok. Bahasa Jawa, diartikan secara letterlijk. Ulasannya pakai bahasa Indonesia, diselingi hikmah dan humor, tentu saja.

Pengajian sudah berlangsung setahun. Istiqomah malam Jumat. Responnya positif. Apalagi dalam setiap kajian, Mas Dodik juga menyertakan, lebih tepatnya mempromosikan, nama-nama ulama ala pesantren, yang bisa didengarkan kajiannya via YouTube. Yang paling sering dipromosikan adalah pengajian Gus Baha’. Sehingga banyak di antara anak buahnya yang menjadi penyimak kajian-kajian berbobot Gus Baha’.

Bagi saya, apa yang dilakukan Mas Dodik ini keren. Sebagai pimpinan, dia menerapkan prinsip 5 S: Sehat, Syukur, Semangat, Sabar dan Shalat. Dalam manajemen, dia menerapkan 3 C: Capacity, Capability, dan Communication. Dan dalam membuka ruang pengetahuan dan suplai ilmu agama, dia membumikan pengajian kitab di perusahaannya.

“Saya ngaji kitab setelah diperintah guru saya, KH. Muslih dan KH. Tajul Mafakhir. Beliau berdua dari Probolinggo.” tuturnya.

Ngaji di depan para profesional membutuhkan pendekatan khusus. Metode utawi iki iku ala pesantren dipakai, menurutnya, efektif untuk telaah dasar per kata dan kalimat, juga telaah kebahasaan (Nahwu-Sharaf). Selebihnya, pendekatan hikmah dan fadhail al-a’mal dipakai sebagai pendekatan psikologi agar lebih bisa diterima. Menurutnya, ngaji itu harus efektif dan menyenangkan.

Logika mudahnya, secara fisik dan psikis mungkin banyak yang bosan dan tegang dengan rutinitas kerja, kadangkala pulang kerja masih bertengkar dengan istri, atau mungkin sebelum pulang dimarahi atasan. Mereka butuh penyaluran stress. Butuh refreshing. Nah, ngaji bisa dijadikan sarana menyegarkan kembali pikiran dan ruhani.

Dampak kajian, beberapa anak buahnya menjadikan Mas Dodik sebagai tempat curhat. Bukan melulu soal pekerjaan, melainkan problem rumahtangga, terkhusus lagi soal fiqh. Banyak di antara mereka yang belum menguasai dasar-dasar thaharah. Terkhusus lagi soal fiqh ibadah.

Tak lupa, tadi Mas Dodik juga bercerita perkembangan jaringan para alumni pondok pesantren di beberapa perusahaan, baik yang sudah mapan, maupun yang skala start-up. Menjelang Usia Seabad NU, kaum diaspora santri yang bergerak dalam dunia profesional, harus diarahkan dan difokuskan pada penguatan jaringan maupun pembumian nilai-nilai Aswaja di perusahaan tempat mereka bernaung.

Saya bersyukur pertemuan tadi membawa mashlahat, dan banyak ilmu dan pengalaman Mas Dodik yang ditularkan ke saya.

Sukses dan berkah selalu ya Mas Dodik, juga untuk perusahaan yang njenengan pimpin.

Wallahu A’lam Bishshawab

Penulis

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top