Untuk menjalankan misi dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah seperti yang dicita-citakan oleh ketua yayasan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Assunniyyah yaitu KH. Achmad Sadid Jauhari, Universitas Al-Falah As-Sunniyah (UAS) Kencong Jember membuat progam unggulan dengan nama Da’i Mahasiswa.
Jika program Da’i Mahasiswa periode sebelunya hanya didelegasikan ke daerah Indonesia seperti Maluku Tengah, Sorong, Kepri, Sarolangun, Jambi, Papua Barat, dan beberapa daerah lainnya. Kali ini Da’i Mahasiswa sudah mencapai ke ranah Internasional dengan istilah Da’i Mahasiswa Internasional.
Lokasi penugasan Da’i Mahasiswa Internasional kali ini berada di Provinsi Satun, Thailand Selatan. Tepatnya disebuah sekolah swasta tingkat Mattayom (sederajat dengan SMP dan SMA) bernama Samakee Islam Wittaya School yang beralamatkan di Thung Nui, Khuan Kalong District, Satun, Thailand Selatan.
Dari hasil seleksi penyaringan Da’i Mahasiswa Internasional dari berbagai progam studi, terpilih dua mahasiswa terbaik, yakni Fazlurrahman Al-Bahriyyi dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI) angkatan 2021 dan Hasyinah Romzah Kamilah dari Program Studi Ahwal Alsyakhsiyyah angkatan 2018.Sedangkan durasi penugasannya selama 5 bulan. Dimulai sejak bulan Mei lalu bulan Oktober mendatang.
Fazlurrahman Al-Bahriyyi, Salah satu Da’i Mahasiswa Internasional mengungkapkan, Antusias murid-murid Samakee dalam menyambut Guru Tugas dari Indonesia sangat terlihat saat pertama kali datang. Mereka menyambut dengan sangat senang dan kebanyakan dari mereka langsung mengajak berkenalan meskipun dengan bahasa yang sulit dipahami oleh Guru Tugas.
“Mereka sangat aktif dalam bertanya, mulai perkenalanan diawal pertemuan hingga pertemuan yang kesekian ini, dengan bahasa Inggris seadanya yang terkadang bercampur dengan bahasa lokal mereka (Thai). Meskipun, diawal pengajaran kita mengalami sedikit kendala seputar bahasa yang mudah dipahami oleh murid-murid.Ia juga menambahkan, Berkat perkembangan zaman yang sangat modern, sedikit demi sedikit kendala tersebut dapat dilalui dengan cara berkomunikasi melalui fitur Google Translator.
“Alhamdulillah, saat ini para Guru Tugas mulai bisa beradaptasi dengan adat yang ada bahkan sudah menguasai beberapa kalimat sehari-hari dalam bahasa Thai. Hal itu sebagai bentuk usaha Guru Tugas untuk membuat murid-murid paham serta tertarik dengan materi yang akan dibawakan. Dengan sedikit penjelasan yang disertai bahasa lokal mereka sendiri, kita yakin akan memberikan pengertian dan penyampaian materi dengan maksimal,” pungkasnya.