Gus Hasan, Wong nDemak yang Jadi Pengasuh Pesantren di Thailand Selatan.

Bagikan sekarang

@ Rijal Mumazziq Z

Gus Hasan, Wong nDemak yang Jadi Pengasuh Pesantren di Thailand Selatan.

Biasanya kami hanya saling komentar di FB. Itupun sering guyonan, sesekali serius. Dan, selama dua hari bertamu di ndalemnya, hanya malam saja kami berada di kediamannya. Sisanya diajak keliling, dari Satun, Songkhla, hingga Yala. Lintas provinsi.

Gus Hasan, Wong nDemak yang Jadi Pengasuh Pesantren di Thailand Selatan.

Namanya Gus Hasan Kamal. Beliau orang Sayung Demak. Masih kerabatnya Gus A’ung Muhammad, kiai muda sekaligus penulis kitab yang telaten mendidik santrinya nahwu sharaf. Gus Hasan pernah mondok di TBS Kudus, Langitan Tuban, dan di Arraudlah Lamongan. Komplit lah.

Dia sudah 10 tahun tinggal di Prov. Yala, Thailand Selatan. Di sana, Gus Hasan mengasuh Ma’had Raudlatul Ulum. Sebuah pesantren yang didirikan oleh Babo Husein. Babo adalah sebutan khas Thailand Selatan untuk menyebut kiai, sesepuh, abuya atau syekh. Babo Husein sendiri puluhan tahun mukim di Makkah, mengaji di Darul Ulum yang didirikan oleh Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, sekaligus juga berguru kepada ulama keturunan Padang tersebut. Babo Husein kemudian mengambil menantu santrinya yang paling alim, Ustadz Abdurrahman. Nama terakhir inilah yang punya anak bernama Hamidah, yang kemudian dinikahi oleh Gus Hasan. Babo Husein wafat pada 2016, disusul Ustadz Abdurrahman 3 bulan kemudian.

Kini, Gus Hasan mengasuh pesantren tersebut bersama pakde dan para sepupu istrinya. Rata-rata alumni Universitas al-Azhar. Termasuk dua sosok yang dituakan, Babo Muhammad bin Husain dan Ustadz Abdurrozaq, dan menantu-menantunya.

Ada 700-an santri yang belajar di Raudlatul Ulum. Merkea belajar di sekolah level MI dan SMP. Sebagian besar santri kalong alias pulang pergi. Sisanya mukim. Ada 150-an santri putra putri yang tinggal di bilik-bilik sederhana di komplek pesantren. Mereka berasal dari beberapa provinsi yang mayoritas muslim, seperti Pattani, Yala, Songkhla, dan Satun. Saat ini juga masih dibangun sebuah bangunan permanen untuk santri, di belakang rumah Gus Hasan. Lahan di pesantren ini luas. Sebab, selain mendapatkan tanah wakaf, sang pendiri, Babo Husein; juga banyak membeli kebun yang bisa menjadi lahan perluasan pesantren.

Di Raudlatul Ulum, kurikulum yang dipakai hampir sama dengan yang digunakan pondok salaf ala NU. Hanya sebagian menggunakan karya-karya ulama lokal berbahasa Melayu sebagai penunjang. Sisanya pakai yang kitab dasar ditulis oleh ulama salaf. Walaupun ditulis menggunakan aksara Arab-Jawi, namun penyampaiannya memakai bahasa Thailand.

Gaji para guru di pondok ini dijamin oleh pemerintah/kerajaan. Tak ada diskriminasi berdasarkan agama. Gajinya lumayan. Jika pakai kurs rupiah, per bulan dapat Rp 6-7 juta. Dari situ ada potongan untuk asuransi kesehatan. Sehingga bisa berobat secara gratis.

Kualitas jalanan di Thailand pantas diacungi jempol. Aspalnya mulus-lus-lus. Ratusan kilometer yang saya tempuh, dari Hat Yai-Satun-Songkhla-Pattani hingga Yala, nyaris tak ada jalan berlubang, apalagi polisi tidur.

Mobil yang paling banyak beredar di wilayah ini adalah dobel kabin, macam Toyota Hilux, Ford Ranger, Mitsubishi Triton, hingga Isuzu D-Max. Mobil keluarga macam Innova dan Avanza nyaris tak pernah saya jumpai. Pilihan dobel kabin, lantaran mayoritas mereka punya kebun dan hasilnya diangkut di bak belakang.

**
“Kok bisa dapat perempuan Thailand itu gimana to, Gus?”

“Awalnya dikenalkan oleh teman saya. Hanya melalui foto. Tapi saya sudah mantap. Ayah juga mengizinkan. Akhirnya berangkat juga ke sini, rombongan 5 orang, langsung akad nikah. Ya mantab, ya nekat.”

“Komunikasi pakai bahasa apa sama istri?”

“Kalau sama mertua dan pakde-pakde istri saya, komunikasi pakai Bahasa Arab. Kalau sama istri di awal pernikahan ya pakai Bahasa Inggris. Sebab bahasa Melayu yang dipakai di sini pakai logat Kedah Malaysia, yang pelafalannya cepat dan banyak perubahan huruf vokal A menjadi O. Tapi sekarang sudah lancar.”

“Bisa cakap bahasa Thailand dan membaca aksaranya?”

“Belum bisa. Hahaha. Sampai saat ini kalau keluar Yala, istri yang jadi guide. Sebab dia bisa bahasa Thailand. Kalau saya keluar sendiri, khawatir bisa pergi tak bisa balik. Hahaha.”

Sejak menikah dengan Kak Hamidah, 2014, Gus Hasan dikaruniai 3 buah hati: Husni, Hasna, dan Hasanain. Ketiganya bercakap dengan bahasa Melayu dengan Gus Hasan, dan Bahasa Melayu serta Thailand dengan ibunya. Selain mengajar di pondok, Gus Hasan bekerja sebagai programer aplikasi. Pelanggannya dari Amrik, Kanada dan Eropa. Saya mumet mendengar berbagai istilah terkait pekerjaan yang dia geluti. Yang pasti, melihat ruang kerjanya di samping aula kecil tempatnya mengajar santri secara sorogan— yang mirip dengan ruang kerja McGyver– saya percaya dia punya jaringan hingga lintas benua.

Selama 2 hari di Thailand itulah, Gus Hasan dan Mbak Hamidah yang mengantar kami kesana kemari. Pakai Honda Jazz yang dia beli secara kes berkat kerja kerasnya.

Kami diajak keliling: dari beberapa pondok, restoran, pasar, supermarket, makam Syekh Abdusshomad al-Falimbani, Masjid Jami Fathoni, hingga ke terminal bus Yala. Sungguh, saya dan Abah Mohammad Dasuki sangat sungkan menerima perlakuan yang luar biasa ini. Matursuwun Gus.

Dan, Ahad, 14 Mei 2023, kami menjalin kerjasama. Antara Ma’had Raudlatul Ulum Yala, dengan Universitas Al-Falah As-Sunniyah (UAS), Kencong Jember. Kerjasama ini meliputi pengiriman Dai Mahasiswa Internasional UAS untuk mengajar di pesantren ini, maupun kemudahan bagi alumni Raudlatul Ulum untuk bisa kuliah di UAS.

Gus Hasan dan Ustad Abdurrozaq berharap ada mahasiswa UAS yang bisa mengajar bahasa Inggris, Arab, maupun Nahwu, selama minimal 6 bulan.

Khusus pengajaran Nahwu, Gus Hasan juga berharap agar metode pengajaran secara sorogan (tutorial) khas pondok salaf bisa dipraktekkan di Raudlatul Ulum. Walaupun tidak menggunakan pola saklek utawi-iki-iku, namun bisa diformulasikan ulang agar metode ala kiai Jawa bisa ditularkan di Yala.

Dan, jangan lupa, walaupun sudah berkiprah di Thailand Selatan, Gus Hasan masih menjadi WNI.❤️❤️❤️

Scroll to Top