Kiai Achyat dan Kemandirian Organisasi dari Pohon Kelapa

Bagikan sekarang

Oleh: Rijal Mumazziq Z

KH. Achyat Chalimi, santri KH. M. Hasyim Asy’ari, ketika menjadi penggerak GP Ansor di Mojokerto, pada 1940-an hingga dua dasawarsa berikutnya, memiliki gagasan asyik.

Beliau menitipkan beberapa bibit pohon kelapa kepada para pengurus Ansor dan warga NU. Pesannya, kelak ketika sudah berbuah, hasil pohon ini dibagi.

“Bibit ini harap ditanam. Jika nanti sudah berbuah, buah pertama untuk yang menanam, buah kedua untuk ranting NU, buah ketiga untuk MWC NU.” demikian pesan salah satu eksponen Laskar Hizbullah yang bertempur di Palagan Surabaya, November 1945 itu.

Hal ini sepintas tampak sepele. Namun di balik itu semua terkandung nilai-nilai yang perlu ditelaah oleh generasi zaman sekarang.

Seorang santri yang sering ikut turba dan belakangan jadi menantunya, KH. Abdy Manaf (Ketua PCNU Sidoarjo beberapa periode), menyebut ide Kiai Achyat telah membuka gerbang kemandirian NU.

“Coba bayangkan, setiap satu pohon memiliki berpuluh-puluh buah. Setelah dibagi, dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha warga Nahdliyin dan tentu saja untuk kas organisasi.” tutur Kiai Abdy Manaf, saat saya sowan ke ndalemnya, pada 2008, silam.

Dan, karena pertumbuhannya lama, pohon ini baru berbuah lebat saat Kiai Achyat menjadi pemimpin NU di Mojokerto.

Sepertiga hasil panen bagi pemilik lahan, sisanya untuk kas organisasi. Tapi, lazimnya, karena sikap amanah, pemilik lahan hanya mengambil seperlunya saja dan menyerahkan ke NU. Dari situ, ada pendapatan untuk menggerakkan mesin organisasi atau menambah aset.

Walaupun mungkin hasilnya tidak “seberapa menjanjikan” secara ekonomi, namun upaya Kiai Achyat adalah salah satu terobosan yang asyik. Organisasi yang mandiri, yang dicita-citakan Kiai Achyat, adalah sumber kekuatan kader-kadernya.

Di Ranting Ansor Jombang (Jember), ide ini mulai diterapkan beberapa bulan lalu dengan cara menitipkan bibit pisang di masing-masing kader Ansor.

Di awal Februari 2022, kami berusaha menambah jumlah bibit pisang (beragam jenisnya) yang ditanam di rumah beberapa kader Ansor maupun umat Nahdliyin. Harapannya, satu tandan pisang bisa dibagi hasilnya. Sepertiga untuk pemilik lahan, sisanya untuk kas Ansor dan Ranting NU. Ini cara asyik untuk mandiri.

Ayo Mandiri, rek!

Penulis

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top