Thobib Al Asyhari Sebut Kampus Sebagai Pusat Destinasi Orang Belajar

Bagikan sekarang

Kepala Subdit Kelembagaan dan Kerjasama Kementerian Agama RI Dr. H. Thobib Al Asyhari, M.Si menekankan perguruan tinggi tidak hanya sebagai sebagai wadah transfer of knowledge. Namun sebagai kawah candradimuka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Bangun narasi dan paradigma di masyarakat bahwa kampus sebagai pusat destinasi orang belajar yang aman dan nyaman sehingga tidak sekadar alternatif karena ingin kuliah saja,” ujarnya pada saat Pembinaan Kelembagaan di  Auditorium Universitas Al-Falah As-Sunniyyah (UAS) Kencong, Jember pada Ahad (05/02/2023).

Thobib memaparkan, kampus sebagai tempat pengkaderan pemimpin masa depan bangsa memiliki arti bahwa kampus adalah sebuah tempat dimana input masyarakat yang masuk dibentuk oleh atmosfer dan dinamika sistem kampus sehingga ketika lulus ia telah terwarnai dan kelak akan mewarnai kehidupan masyarakat.

“Kampuslah bermula berbagai gagasan, inspirasi, serta motor dalam hal ini sumber daya mahasiswanya yang akan mewarnai dan menentukan arah perjalanan bangsa. Lulusan yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan dapat ‘menghidupkan’ gairah serta vitalitas pembangunan.

Lebih lanjut, Thobib menekankan beberapa hal agar menjadi perhatian Universitas Al-Falah As-Sunniyyah (UAS) menjadi perguruan tinggi yang sehat berkualitas dengan dukungan sistem pembelajaran dan manajemen yang baik.

“Pertama, visi dan misi harus benar-benar menjadi acuan dalam mengembangkan perguruan tinggi. Banyak perguruan tinggi memiliki visi misi yang bagus tapi tak dijadikan acuan sehingga tidak inline dengan program yang dikembangkan,” jelasnya.

Kedua, pengembangan SDM di lingkungan pengelola. “Dosen yang masih S2 segera didorong untuk menjadi S3/doktor melalui support kelembagaan,” ujarnya.

Ketiga, agar membangun budaya dan tradisi akademik yang baik. Sebab, perguruan tinggi yang bisa bertahan dan berkembang karena mampu menjaga budaya akademik dengan inovasinya, sebagai pembeda dari perguruan tinggi lain.

“Tradisi akademik yang dimaksud adalah dengan menghidupkan riset, diskusi, seminar, penulisan artikel ilmiah dan jurnal,” tuturnya.

Keempat, penyediaan infrastruktur yang memadai. Ia meyakini kampus ini akan terus berkembang dengan potensi jaringan kelembagaan yang dimilikinya.

“Dengan terus membangun networking atau jejaring nasional hingga internasional. Perguruan tinggi Islam akan eksis jika bangun jejaring dengan stakeholder maupun para alumninya,” pungkasnya.

Penulis

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top