Arahan Dirjen Pendis Kemenag RI Saat Asesmen Lapangan di Inaifas

Bagikan sekarang

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI melakukan Asesmen Lapangan perubahan bentuk Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Inaifas) ke Universitas Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Unaifas). Kegiatan dipusatkan di Auditorium Kampus setempat pada Kamis (15/12/2022).

Asesmen Lapangan (AL) ini dilakukan secara luring dan daring melalui Zoom Meeting. Hadir dalam kegiatan ini secara virtual Dirjen Pendis Kemenag RI sekaligus Ketua Tim Penilai perubahan bentuk PTKIS Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T., dan Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat PTKI Dr. Thobib Al-Asyhar, S.Ag., M.Si.

Sementara Dr. A. Rafiq Zainul Mun’im, M.Fil.I Sub Koordinator Bina PTKIS pada Direktorat PTKI hadir secara langsung didampingi Staf Subdit Kelembagaan dan Kerjasama Kementerian Agama RI Alip Nuryanto dan Arini Dina Yusofa.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T. mengatakan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan yang hendak diwujudkan oleh negara, sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Menurutnya, tujuan tersebut menggambarkan sebuah cita-cita luhur serta harapan negara dalam membangun sumber daya manusia yang unggul guna tercapainya kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera.

“Upaya yang telah dan akan terus dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan,” ujar pria yang akrab disapa Prof. Dhani.

Cucu dari KH. Anwar Musaddad ini menambahkan, pemerintah telah merumuskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

“Pengertian itu mengandung makna pendidikan bukan hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga memberikan fokus pada nilai-nilai kemoralan,” urainya.

Pria kelahiran Garut 6 Nopember 1971 ini menegaskan, bahwa pada dasarnya sebuah universitas secara fisik tidak harus megah dan berdiri mentereng, namun bagaimana kemudian instusi itu dapat menyediakan ruang pendidikan yang aman dan nyaman.

“Prinsipnya, pendidikan Islam itu untuk semua dan menjamin hak setiap orang dapat belajar mengembangkan potensi diri untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesempurnaan hidupnya. Belajar untuk membebaskan diri dari kebodohan untuk mencapai kebijaksanaan,” tandasnya.

Lebih lanjut, pria yang sempat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) masa khidmat 1996-2000 ini berharap asesmen perubahan bentuk Inaifas ke Universitas ini dapat berjalan secara cepat dan tepat.

“Selamat dan sukses, semoga asesmen ini berjalan lancar serta mendapatkan kemudahan dan keberkahan,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top