Dosen Universitas Al-Falah As-Sunniyyah (UAS) Kencong, Jember M. Imam Bukhori, M.Pd.I menjelaskan hubungan ke-ulamaan Nusantara dan Thailand berdasarkan artikel hasil penelitiannya.
Penjelasan itu disampaikan pada acara ‘Diskusi Berkala’ yang dihelat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UAS Kencong, Jember di Ruang Laboratorium Micro Teaching, Sabtu (25/02/2023).
Imam memaparkan, mengutip buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto bahwa banyak yang meyakini bahwa Islam masuk ke Nusantara pada tahun 700 Masehi atau pada abad ke-7. Hal tersebut masih dalam periode para sahabat yang melakukan syiar dakwah sampai ke Nusantara, terbukti dari catatan cina kuno yang menerangkan bahwa pada masa itu terdapat perkampungan Arab atau pemukiman Arab di daerah pesisir barat pulau Sumatera hingga ke sekitar selat Malaka sebagaimana yang ditegaskan oleh sejarawan MC.Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern.
Imam melanjutkan, corak keislaman yang beragam di Nusantara, telah melahirkan sejumlah teori masuknya Islam dari asal asal yang berbeda.
“Paling tidak ada 4 teori asal-usul masuknya Islam ke Nusantara seperti yang dirangkum oleh Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo,” ujarnya.
Pertama, Teori India (Gujarat, Malabar, Deccan, Coromandel, Bengal) hal ini berdasarkan asumsi persamaan madzhab Syafii, batu-batu nisan dan kemiripan tradisi dan arsitektur India dengan Nusantara. (JP Mosquette, C. Snouck Hurgronje, S.Q. Fatimy).
Kedua, Teori Arab (Mesir dan Hadramaut Yaman), berdasarkan persamaan dan pengaruh madzhab Syafii. (John Crawfurd, Naguib Al-attas).
Ketiga, Teori Persia (Kasan, Abarkukh, Lorestan), berdasarkan kemiripan tradisi dengan muslim Syiah, seperti Peringatan Asyura (10 Muharram), mengeja aksara Arab jabar (fathah), jer/zher (kasrah), fyes (dhammah), pemuliaan terhadap keluarga Nabi Muhammad Saw (Ahlul Bayt) dan keturunannya. Penyebutan kata, rakyat (dari ra’iyyah), masyarakat (musyawarah), serikat (syarikah). (Husein Djajadiningrat, Hasjmi, Aboe Bakar Atjeh).
“Keempat, Teori Cina yang berdasarkan asumsi pengaruh budaya Cina dalam sejumlah kebudayaan Islam Nusantara, dan sumber kronik dari Klenteng Sampokong di Semarang (De Graaf, Slamet Muljana),” tuturnya.
Masuknya Islam di Thailand
Kemudian, ia memaparkan bahwa para ahli sejarah mengungkapkan bahwa ada beberapa teori tentang awal masuknya Islam di Thailand. Salah satu teori menyebut bahwa Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10, melalui pedagang Arab.
“Teori lain menyebut bahwa Islam masuk ke Thailand dibawa oleh Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Ada pula pendapat lain yang mengemukakan bahwa Islam masuk Thailand bahkan sebelum Kerajaan Thailand berdiri, yakni pada abad ke-9,” katanya.
Menurutnya, hal itu dibuktikan dengan temuan lukisan kuno yang menggambarkan Muslim Arab di Ayuthaya, sebelum berdirinya Kesultanan Pattani. Teori lain menjelaskan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara merupakan misi dakwah masa Khalifah Umar bin Khattab.
Disebutkan, kata Imam, beberapa teori di atas yang bisa dilihat nyata sampai saat ini adalah penggunaan bahasa melayu khususnya di Thailand selatan yang mayoritas beragama Islam, dan bahasa melayu adalah bahasa resmi Kerajaan Samudera Pasai.
“Oleh sebab itu tidak salah kalau Amaliyah Ubudiyah Yaumiyah sama persis dengan Indonesia yang ber-madzhab Syafi’iyah,” cetusnya.
Sementara itu, dia mengutip pendapat menurut DR. Wahbah Al Zuhaili (dalam buku Hujjah NU Karya KH. Muhyiddin Abdusshomad) bahwa ‘Imam Syafi’I adalah seorang Mujtahid Mustaqil Muthlak, Imam dalam bidang fiqh dan hadist, Beliaulah yang menggabungkan fiqh ulama Hijaz dan fiqh Ulama Irak’.
“Maka tidak salah hampir umat Islam di dunia mayoritas bermadzhab syafi’iyah, terutama di Asia Tenggara,” terangnya.
Dia menambahkan, Islam di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang tragis dan berliku. Mulai dari abad ke-12, agama Islam menampakkan kakinya di kerajaan Pattani Darussalam dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut.
Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai Pattani Darussalam).
Tentu masuknya Islam dibawa oleh ulama-ulama yang ahli dalam bidang agama dan secara keilmuan tersambung mulai dari Ulama Mekkah, Madinah dan ulama Nusantara.
“Oleh sebab itu, tidak salah kalau tradisi keagamaan tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Apalagi sebagian ulama Thailand mencatatkan tinta emas dengan menulis karya monumental yang dibaca hampir di seluruh dunia,” tegasnya.
Di akhir, Imam mengakui bahwa tentu masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian data ataupun penyampaian kata dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam dan kritikan yang bersifat membangun.
“Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang mendukung suksesnya acara ini, semoga kampus tercinta kita ini dijadikan kampus yang mbarokahi. Amin,” tandasnya.